Saya bernama M.fitriyadi
Saputra nama panggilan Putra, namun entah siapa yang memulai ada yang memanggil
Fitri, terdengar seperti nama prempuan dan memang merupakan nama perempuan pada
umumnya, saya lahir di sebuah desa yang tenang di pedalaman provinsi Kalimantan
selatan tepatnya di desa Lampihong kecamatan Lampihong Kabupaten Balangan, pada
tanggal 03 maret 1995. Saya anak pertama
dari dua orang bersaudara yang lahir dari orang tua yang luar biasa nama
ayah saya Syaberan dan Nama ibu saya Herlenawati, dua orang inilah yang
memiliki jasa yang luar biasa bagi hidup saya karena tanpa mereka lah saya
tidak akan berdiri seperti sekarang ini dan bahkan saya tidak ada di dunia ini.
Pada umur 6 tahun saya mulai meniti perjalanan hidup saya
terutama dibidang pendidikan pada umur
tersebut saya masuk TK pertiwi di Kab.Kota Baru, setelah itu setelah selesai
mengenyam pendidikan dasar tentang orientasi bermasyarakat atau belajar sosiologi
dasar tentang pertemanan dan bermain bersama. Setelah semua itu saya
melanjutkan ke SDN Dirgahayu 2 alhamdulillah waktu SD menduduki peringkat 3
besar, selama di SD tidak ada hal yang berpengaruh besar bagi hidup saya, namun
sesuatu mulai berubah setelah saya memilih untuk masuk ke Madrasah Tsanawiyah (
MTs ) Model Darussalam Martapura, disitu saya mendapat banyak masukan tentang
agama dan sebagainya. Setelah 3 tahun di MTs maka saya melanjutkan ke Pondok
Pesantren Rasyidiyah Khalidiyah di Amuntai, di sana saya banyak belajar tentang
bagaimana rasanya hidup jauh dari orang tua, keluarga, dan lain-lain. Disana
juga saya belajar tentang berorganisasi karena pada kelas 2 saya di beri
kepercayaan untuk menjadi ketua Wisma yang notabenenya membawahi para santri di
asrama tersebut. Disitu merupakan titik perubahan dalam hidup saya.
Setelah selesai berpendidikan di Pondok tersebut, timbul
kebingungan untuk masuk ke perkuliahan apa, dan dimana. Di saat itu berbagai
kampus saya datangi dari jalur beasiswa ke dokteran berbasis Islam sampai ke
jurusan perawat dan semua itu pun gagal saya masuki, sampai akhirnya saya
mendaftar di kampus di daerah saya. Namun orang tua saya menghanjurkan tuk
mendaftar di IPDN kecil harapan tuk masuk ke Lembaga ini karena di lihat dari
IPDN merupakn tempat belajarnya orang –orang yang berduit dan memiliki jabatan
yang tinggi di suatu daerah. Hal ini justru menciutkan keinginan saya karena
tidak mau menjadi beban untuk orang tua saya yang bekerja sebagai Guru di SMP.
Namun karena dorongan dan dukungan orang tua lah tetap saya melangkah untuk
mendaftarkan diri di IPDN.
Pada saat seleksi IPDN saya sudah berkuliah selama 3
bulan di kampus daerah, tahap demi tahap saya lalui sampai akhirnya pengumuman
masuk pantukhir, di saat itulah pertama kali saya membuat orang tua saya
menangis, menangis bahagia melihat anaknya masuk seleksi pantukhir. Alhamdulillah segala puji
bagi Allah SWT berkat nikmat yang telah diberikan-Nya saya di kukuhkan bersama
kurang-lebih 2000 orang yang berhasil melewati seleksi menyisihkan puluhan ribu
pendaftar di IPDN.
Pendidikan pun dimulai, tahap demi tahap sudah dijalani
dari Capra, hingga Muda, dan sekarang sudah berada di tahap Madya Praja, dan
saya termasuk dari sebagian besar praja yang mendapat kesempatan berpendidikan
di regional yang tersebar di 7 provinsi di seluruh Nusantara. Dan IPDN kampus
Kalimantan Barat lah yang menjadi tempat saya berproses menuju tahap
selanjutnya Nindya Praja.
Mungkin itu yang dapat saya sampaikan di kesempatan yang
diberikan ini, terima kasih atas kesempatannya kaka kader pengkaderan
sekretariat IPDN kampus Kalimantan Barat.
No comments:
Post a Comment